Kamis, 19 April 2018

UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENGATASI MASALAH MIKRO PEMBELAJARAN KIMIA

         Nama :  Seni Rusianti
                                                                                 NIM   :  ACC 115 049


UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENGATASI MASALAH MIKRO PEMBELAJARAN KIMIA

Pengajaran mikro (micro-teaching) merupakan salah satu bentuk model praktek kependidikan atau pelatihan mengajar. Dalam konteks yang sebenarnya, mengajar mengandung banyak tindakan, baik mencakup teknis penyampaian materi, penggunaan metode, penggunaan media, membimbing belajar, memberi motivasi, mengelola kelas, memberikan penilaian dan seterusnya. Dengan kata lain, bahwa perbuatan mengajar itu sangatlah kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka penguasaan keterampilan dasar mengajar, calon guru atau dosen perlu berlatih secara parsial, artinya tiap-tiap komponen keterampilan dasar mengajar itu perlu dikuasai secara terpisah-pisah (isolated).
Berlatih untuk menguasai keterampilan dasar mengajar seperti itulah yang dinamakan micro-teaching (pengajaran mikro). Pengajaran mikro (micro-teaching) merupakan suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yaitu selama 5-20 menit dengan jumlah siswa sebanyak 3-10 orang. Hal tersebut diungkap oleh Cooper dan Allen, 1971.
Bentuk pengajaran yang sederhana, dimana calon guru atau dosen berada dalam suatu lingkungan kelas yang terbatas dan terkontrol. Hanya mengajarkan satu konsep dengan menggunakan satu atau dua keterampilan dasar mengajar. Konsep pengajaran mikro (micro-teaching) dilandasi oleh pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
  1. Pengajaran yang nyata (dilaksanakan dalam bentuk yang sebenarnya) tetapi berkonsep mini.
  2. Latihan terpusat pada keterampilan dasar mengajar, mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar siswa sebagai umpan balik terhadap kemampuan calon guru/dosen.
  3. Pengajaran dilaksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu.
  4. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang diselenggarakan dalam laboratorium micro – teaching.
  5. Pengadaan low-threat-situation untuk memudahkan calon guru/dosen mempelajari keterampilan mengajar.
  6. Penyediaan low-risk-situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam pengajaran,
  7. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka waktu tertentu.
Terdapat beberapa definisi tentang pengajaran mikro (micro teaching) yang dapat dikemukakan, diantaranya adalah :
  1. Cooper dan Allen (1971), mendefinisikan “pengajaran mikro (micro-teaching) adalah suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yaitu selama 5-20 menit dengan jumlah siswa sebanyak 3-10 orang”.
  2. Mc. Laughlin dan moulton (1975) mendefinisikan “micro teachingis a performance training method designed to isolated the component part of teaching process, so that the trainee can master each component one by one in a simplified teaching situation”.
  3. Waskito (1977) mendefinisikan “micro teaching  adalah suatu metode belajar mengajar atas dasar performance yang tekniknya dengan cara mengisolasikan komponen – komponen proses belajar mengajar sehingga calon guru dapat menguasai setiap komponen satu per satu dalam situasi yang disedrhanakan atau dikecilkan”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa micro-teaching atau pengajaran mikro adalah, salah satu model pelatihan praktik mengajar dalam lingkup terbatas (mikro) untuk mengembangkan keterampilan dasar mengajar (base teaching skill) yang dilaksanakan secara terisolasi dan dalam situasi yang disederhanakan atau dikecilkan.
Pertimbangan yang  mendasari penggunaan program  pengajaran mikro  (micro teaching) adalah :
  1. Untuk  mengatasi kekurangan waktu  yang  diperlukan dalam  latihan mengajar secara tradisional.
  2. Keterampilan mengajar  yang  kompleks  dapat  diperinci menjadi keterampilan –  keterampilan mengajar  yang  khusus  dan dapat Dilatih secara berurutan.
  3. Pengajaran mikro dimaksudkan untuk  memperluas  kesempatan  latihan mengajar  mengingat  banyaknya  calon guru/dosen yang Membutuhkannya.

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran harus diorganisasikan sebaik mungkin dalam format perencanaan yang matang, sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung seminimal mungkin terjadi kesalahan yang disebabkan penempatan atau pemilihan komponen yang kurang tepat.
Sebagai seorang pendidik, salah satu tugas utama adalah menyusun strategi pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Strategi adalah suatu cara untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bila kata strategi dihubungkan dengan pembelajaran, maka diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan pendidik dalam proses pembelajaran sebagai usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian semua tindakan pendidik apapun bentuknya yang berkaitan dengan usahanya menuju keberhasilan pembelajaran termasuk strategi pembelajaran.
Salah satu strategi pembelajaran yang sangat penting untuk dilakukan pendidik adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. Seorang pendidik yang mengajar tanpa persiapan dapat diibaratkan seperti orang yang ingin berjalan-jalan ke suatu tempat tetapi tidak mengetahui bagaimana cara untuk sampai ke tempat tersebut dan apa saja yang dibutuhkan dalam perjalanan. Tentu saja bisa sampai ke tempat yang dituju, tetapi kemungkinan waktu yang diperlu-kan lebih lama, karena banyak halangan di jalan yang tidak siap diantisipasi sebelum-nya, misalnya ternyata di tengah jalan hujan padahal tidak membawa payung atau haus padahal tidak membawa minum, dan sebagainya. Selain itu karena tidak tahu jalannya, kemungkinan banyak bertanya bahkan mungkin tersesat.Seperti itulah gambaran seorang pendidik yang tidak memiliki kesiapan dalam pembelajaran. Mengajar sekedar menyampaikan apa yang terdapat dalam buku pegangan kepada peserta didik tanpa disertai perencanaan, baik yang berkaitan dengan penerapan suatu metode, penggunaan media, pemberian penguatan, evaluasi proses, maupun segala hal yang seharusnya diorganisasikan dalam bentuk perenca-naan pembelajaran. Demikian pentingnya persiapan dan perencanaan pembelajaran, sehingga bila seorang pendidik tidak menguasai cara-cara persiapan dan perencanaan pembelajaran yang baik, sudah dapat dipastikan bahwa pembelajaran yang dilakukan tidak akan berhasil secara optimal.
Berdasarkan hal tersebut, maka penting bagi seorang pendidik untuk mendapatkan bekal yang memadai agar dapat menguasai sejumlah kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh seorang pendidik, baik melalui pelatihan maupun bimbingan, yang dikemas dalam bentuk workshop maupun TOT, melalui preservice maupun inservice training. Salah satu bentuk preservice training bagi pendidik adalah melalui pembentukan kemampuan mengajar (teaching skill), baik secara teoretis maupun praktik. Secara praktik, bekal kemampuan mengajar dapat dilatihkan melalui kegiatan micro teaching atau pengajaran micro.

Bagian terpenting micro teaching adalah praktik mengajar sebagai bentuk nyata ditampilkannya kompetensi yang telah dibekalkan kepada calon pendidik. Pada umum-nya praktik micro teaching dilakukan dengan model peerteaching, karena model ini fleksibel dilaksanakan sebelum melakukan real-teaching dalam kelas yang sesungguh-nya. Dalam micro teaching calon pendidik dapat berlatih unjuk kompetensi dasar mengajar secara terbatas dan secara terpadu dari beberapa kompetensi dasar mengajar dengan kompetensi (tujuan), materi, peserta didik, dan waktu yang relatif dibatasi (di-mikrokan). Micro teaching merupakan sarana latihan untuk berani tampil menghadapi kelas dengan peserta didik yang beraneka ragam karakternya, mengendalikan emosi, ritme pembicaraan, mengelola kelas agar kondusif untuk proses transfer ilmu, dan lain-lain, Praktik micro teaching dilakukan sampai calon pendidik dianggap sudah cukup memadai untuk diterjunkan dalam praktik yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar