Nama : Seni Rusianti
NIM : ACC
115 049
UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK
MENGATASI MASALAH MIKRO PEMBELAJARAN KIMIA
Pengajaran mikro (micro-teaching) merupakan
salah satu bentuk model praktek kependidikan atau pelatihan mengajar. Dalam
konteks yang sebenarnya, mengajar mengandung banyak tindakan, baik mencakup
teknis penyampaian materi, penggunaan metode, penggunaan media, membimbing
belajar, memberi motivasi, mengelola kelas, memberikan penilaian dan
seterusnya. Dengan kata lain, bahwa perbuatan mengajar itu sangatlah kompleks.
Oleh karena itu, dalam rangka penguasaan keterampilan dasar mengajar, calon
guru atau dosen perlu berlatih secara parsial, artinya tiap-tiap
komponen keterampilan dasar mengajar itu perlu dikuasai secara
terpisah-pisah (isolated).
Berlatih untuk
menguasai keterampilan dasar mengajar seperti itulah yang dinamakan micro-teaching (pengajaran
mikro). Pengajaran mikro (micro-teaching) merupakan suatu
situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang
terbatas, yaitu selama 5-20 menit dengan jumlah siswa sebanyak 3-10 orang. Hal
tersebut diungkap oleh Cooper dan Allen, 1971.
Bentuk pengajaran yang
sederhana, dimana calon guru atau dosen berada dalam suatu lingkungan kelas
yang terbatas dan terkontrol. Hanya mengajarkan satu konsep dengan menggunakan
satu atau dua keterampilan dasar mengajar. Konsep pengajaran mikro (micro-teaching) dilandasi
oleh pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
- Pengajaran yang nyata (dilaksanakan
dalam bentuk yang sebenarnya) tetapi berkonsep mini.
- Latihan terpusat pada keterampilan
dasar mengajar, mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat
belajar siswa sebagai umpan balik terhadap kemampuan calon guru/dosen.
- Pengajaran dilaksanakan bagi para
siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda dan berdasarkan pada
kemampuan intelektual kelompok usia tertentu.
- Pengontrolan secara ketat terhadap
lingkungan latihan yang diselenggarakan dalam laboratorium micro –
teaching.
- Pengadaan low-threat-situation untuk
memudahkan calon guru/dosen mempelajari keterampilan mengajar.
- Penyediaan low-risk-situation yang
memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam pengajaran,
- Penyediaan kesempatan latihan ulang
dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka waktu tertentu.
Terdapat beberapa
definisi tentang pengajaran mikro (micro teaching) yang dapat
dikemukakan, diantaranya adalah :
- Cooper dan Allen (1971),
mendefinisikan “pengajaran mikro (micro-teaching) adalah
suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa
yang terbatas, yaitu selama 5-20 menit dengan jumlah siswa sebanyak 3-10
orang”.
- Mc. Laughlin dan moulton (1975)
mendefinisikan “micro teachingis a performance training method
designed to isolated the component part of teaching process,
so that the trainee can master each component one by one in a
simplified teaching situation”.
- Waskito (1977) mendefinisikan “micro
teaching adalah suatu metode belajar mengajar atas
dasar performance yang tekniknya dengan cara
mengisolasikan komponen – komponen proses belajar mengajar sehingga calon
guru dapat menguasai setiap komponen satu per satu dalam situasi yang
disedrhanakan atau dikecilkan”
Berdasarkan beberapa
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa micro-teaching atau pengajaran
mikro adalah, “salah satu model pelatihan praktik mengajar dalam
lingkup terbatas (mikro) untuk mengembangkan keterampilan dasar mengajar (base
teaching skill) yang dilaksanakan secara terisolasi dan dalam situasi
yang disederhanakan atau dikecilkan”.
Pertimbangan yang
mendasari penggunaan program pengajaran mikro (micro
teaching) adalah :
- Untuk mengatasi kekurangan
waktu yang diperlukan dalam latihan mengajar secara
tradisional.
- Keterampilan mengajar
yang kompleks dapat diperinci menjadi keterampilan
– keterampilan mengajar yang khusus dan dapat
Dilatih secara berurutan.
- Pengajaran mikro dimaksudkan
untuk memperluas kesempatan latihan mengajar
mengingat banyaknya calon guru/dosen yang Membutuhkannya.
Pembelajaran
merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat berbagai komponen yang saling
berinteraksi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena
itu agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, semua komponen yang terlibat
dalam proses pembelajaran harus diorganisasikan sebaik mungkin dalam format
perencanaan yang matang, sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung
seminimal mungkin terjadi kesalahan yang disebabkan penempatan atau pemilihan
komponen yang kurang tepat.
Sebagai
seorang pendidik, salah satu tugas utama adalah menyusun strategi pembelajaran
agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Strategi adalah suatu cara
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bila kata
strategi dihubungkan dengan pembelajaran, maka diartikan sebagai suatu cara
yang dilakukan pendidik dalam proses pembelajaran sebagai usaha mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian semua tindakan pendidik apapun bentuknya
yang berkaitan dengan usahanya menuju keberhasilan pembelajaran termasuk
strategi pembelajaran.
Salah
satu strategi pembelajaran yang sangat penting untuk dilakukan pendidik adalah
mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran di
kelas. Seorang pendidik yang mengajar tanpa persiapan dapat diibaratkan seperti
orang yang ingin berjalan-jalan ke suatu tempat tetapi tidak mengetahui
bagaimana cara untuk sampai ke tempat tersebut dan apa saja yang dibutuhkan
dalam perjalanan. Tentu saja bisa sampai ke tempat yang dituju, tetapi
kemungkinan waktu yang diperlu-kan lebih lama, karena banyak halangan di jalan
yang tidak siap diantisipasi sebelum-nya, misalnya ternyata di tengah jalan
hujan padahal tidak membawa payung atau haus padahal tidak membawa minum, dan
sebagainya. Selain itu karena tidak tahu jalannya, kemungkinan banyak bertanya
bahkan mungkin tersesat.Seperti itulah gambaran seorang pendidik yang tidak
memiliki kesiapan dalam pembelajaran. Mengajar sekedar menyampaikan apa yang
terdapat dalam buku pegangan kepada peserta didik tanpa disertai perencanaan,
baik yang berkaitan dengan penerapan suatu metode, penggunaan media, pemberian
penguatan, evaluasi proses, maupun segala hal yang seharusnya diorganisasikan
dalam bentuk perenca-naan pembelajaran. Demikian pentingnya persiapan dan
perencanaan pembelajaran, sehingga bila seorang pendidik tidak menguasai cara-cara
persiapan dan perencanaan pembelajaran yang baik, sudah dapat dipastikan bahwa
pembelajaran yang dilakukan tidak akan berhasil secara optimal.
Berdasarkan
hal tersebut, maka penting bagi seorang pendidik untuk mendapatkan bekal yang
memadai agar dapat menguasai sejumlah kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh
seorang pendidik, baik melalui pelatihan maupun bimbingan, yang dikemas dalam
bentuk workshop maupun TOT, melalui preservice maupun inservice training. Salah
satu bentuk preservice training bagi pendidik adalah melalui pembentukan
kemampuan mengajar (teaching skill), baik secara teoretis maupun praktik.
Secara praktik, bekal kemampuan mengajar dapat dilatihkan melalui kegiatan
micro teaching atau pengajaran micro.
Bagian
terpenting micro teaching adalah praktik mengajar sebagai bentuk nyata
ditampilkannya kompetensi yang telah dibekalkan kepada calon pendidik. Pada
umum-nya praktik micro teaching dilakukan dengan model peerteaching, karena
model ini fleksibel dilaksanakan sebelum melakukan real-teaching dalam kelas
yang sesungguh-nya. Dalam micro teaching calon pendidik dapat berlatih unjuk
kompetensi dasar mengajar secara terbatas dan secara terpadu dari beberapa
kompetensi dasar mengajar dengan kompetensi (tujuan), materi, peserta didik,
dan waktu yang relatif dibatasi (di-mikrokan). Micro teaching merupakan sarana
latihan untuk berani tampil menghadapi kelas dengan peserta didik yang beraneka
ragam karakternya, mengendalikan emosi, ritme pembicaraan, mengelola kelas agar
kondusif untuk proses transfer ilmu, dan lain-lain, Praktik micro teaching
dilakukan sampai calon pendidik dianggap sudah cukup memadai untuk diterjunkan
dalam praktik yang sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar