MAKALAH
KIMIA FISIK III
ABSORPSI
DAN KOLOID
Dosen
Pengampu :
Drs.
I Made Sadiana, M.Si
Disusun
Oleh :
Seni
Rusianti
ACC
115 049

PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PALANGKA RAYA
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan
syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan
mata kuliah Kimia Fisik III dengan judul “ABSORPSI DAN KOLOID”.
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Kimia Fisik III. Makalah ini telah penulis susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua
itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penulis menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis
berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Palangka
Raya, Desember 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.........................................................................................................................
i
Daftar Isi ..................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah
..........................................................................................................
1.3 Tujuan
Penulisan
............................................................................................................
1.4 Manfaat
Penulisan
..........................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Absorpsi
.....................................................................................................
2.2
Mekanisme Absorpi......................................................................................................
2.3
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi..............................................................................
2.4 Absorpsi Isoterm .........................................................................................................
2.4.1
Isoterm Langmuir .............................................................................................
2.4.2
Isoterm BET
.....................................................................................................
2.4.3
Isoterm Lain
.....................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
...................................................................................................................
3.2 Saran
.............................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Absorpsi (penyerapan) adalah
suatu proses pemisahan dimana komponen dari suatu fase fluida berpindah ke
permukaan zat padat yang menyerap (absorben).
Absorpsi merupakan suatu proses
penyerapan oleh padatan tertentu terhadap zat tertentu yang terjadi pada
permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan
zat padat tanpa meresap kedalam. Bila gas atau uap bersentuhan dengan permukaan
padatan yang bersih, maka gas atau uap tadi akan terabsorpsi pada permukaan
padatan tersebut.
Permukaan padatan disebut sebagai
absorben, sedangkan gas atau uap disebut sebagai absorbat. Semua padatan dapat
menyerap gas atau uap pada permukaan. Banyak gas yang terabsorpsi yang
bergantung pada suhu dan tekanan gas serta luas permukaan padatan. Padatan yang
paling efisien adalah padatan yang sangat porous seperti arang dan butiran
padatan yang sangat halus (Bird,T., 1993).
Proses absorpsi dapat terjadi
karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan padatan yang tidak
seimbang. Adanya gaya ini, padatan cenderung menarik molekul-molekul lain yang
bersentuhan dengan permukaan padatan, baik fasa gas atau fasa larutan kedalam
permukaannya. Akibatnya konsentrasi molekul pada permukaan menjadi lebih besar
dari pada dalam fasa gas zat terlarut dalam larutan. Pada absorpsi interaksi antara
absorben dengan absorbat hanya terjadi pada permukaan absorben (Tandy,E.,
2012).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa
pengertian dari absorpsi ?
2.
Bagaimana
mekanisme absorpi ?
3.
Apa
sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi ?
4.
Apa
yang dimaksud dengan absorpsi isotermal ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari absorpsi.
2.
Untuk
mengetahui bagaimana mekanisme absorpi.
3.
Untuk
mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi.
4.
Untuk
mengetahui apa itu absorpsi isotermal.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat
penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian absorbsi, mengetahui
mekanisme absorpsi, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi, dan mengetahui
apa yang dimaksud absorpsi isotermal.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Absorpsi
Absorpsi (penyerapan)
adalah suatu proses pemisahan dimana komponen dari suatu fase fluida berpindah
ke permukaan zat padat yang menyerap (absorben). Biasanya partikel-partikel
kecil zat penyerap dilepaskan pada absorpsi kimia yang merupakan ikatan kuat
antara penyerap dan zat yang diserap sehingga tidak mungkin terjadi proses yang
bolak-balik. Dalam absorpsi digunakan istilah absorbat dan absorban, dimana absorbat
adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari
pelarutnya, sedangkan absorban adalah merupakan suatu media penyerap yang dalam
hal ini berupa senyawa karbon. Berdasarkan sifatnya absorpsi apat digolongkan
menjadi absorpsi fisik dan kimia.
2.2 Mekanisme
Absorpi
Proses absorpsi dapat
digambarkan sebagai proses dimana molekul meninggalkan larutan dan menempel
pada permukaan zat absorben akibat kimia dan fisika (Reynolds,1982). Proses absorpsi
tergantung pada sifat zat padat yang mengabsorpsi, sifat atom/molekul yang
diserap, konsentrasi, temperatur dan lain-lain.
Pada proses absorpsi
terbagi menjadi 4 tahap yaitu :
1. Transfer
molekul-molekul zat terlarut yang teradsorpsi menuju lapisan film yang
mengelilingi absorben.
2. Difusi
zat terlarut yang terabsorpsi melalui lapisan film (film diffusion process).
3. Difusi
zat terlarut yang terabsopsi melalui kapiler/pori dalam absorben (porediffusion
process).
4. Absorpsi
zat terlarut yang terabsorpsi pada dinding pori atau permukaan absorben.(proses
absorpsi sebenarnya), (Reynolds, 1982).
Operasi
dari proses absorpsi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Proses
absorpsi dilakukan dalam suatu bak dengan sistem pengadukan, dimana penyerap
yang biasanya berbentuk serbuk dibubuhkan, dicampur dan diaduk dengan air dalam
suatu bangunan sehingga terjadi penolakan anatara partikel penyerap dengan fluida.
2. Proses
absorpsi yang dijalankan dalam suatu bejana dengan sistem filtrasi, dimana
bejana yang berisi media penjerap di alirikan air dengan model pengaliran
gravitasi. Jenis media penyerap sering digunakan dalam bentuk bongkahan atau
butiran/granular dan proses absorpsi biasanya terjadi selama air berada di
dalam media penyerap (Reynold, 1982
2.3 Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses absorbsi;
1. Agitation
(Pengadukan)
Tingkat absorbsi
dikontrol baik oleh difusi film maupun difusi pori, tergantung pada tingkat
pengadukan pada sistem.
2. Karakteristik
Absorban (Karbon Aktif )
Ukuran partikel dan
luas permukaan merupakan karakteristik penting karbon aktif sesuai dengan
fungsinya sebagai absorban. Ukuran partikel karbon mempengaruhi
tingkatabsorbsi; tingkat absorbsi naik dengan adanya penurunan ukuran partikel.
Oleh karena itu absorbsi menggunakan karbon PAC (Powdered Acivated Carbon)
lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan karbon GAC (Granular Acivated
Carbon). Kapasitas total absorbsi karbon tergantung pada luas permukaannya.Ukuran
partikel karbon tidak mempengaruhi luas permukaanya. Oleh sebab ituGAC atau PAC
dengan berat yang sama memiliki kapasitas absorbsi yang sama.
3. Kelarutan
Absorbat
Senyawa terlarut
memiliki gaya tarik-menarik yang kuat terhadap pelarutnya sehingga lebih sulit
diadsorbsi dibandingkan senyawa tidak larut.
4. Ukuran
Molekul Absorbat
Tingkat absorbsi pada
aliphatic, aldehyde, atau alkohol biasanya naik diikutidengan kenaikan ukuran
molekul. Hal ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa gayatarik antara
karbon dan molekul akan semakin besar ketika ukuran molekul semakinmendekati
ukuran pori karbon. Tingkat absorbsi tertinggi terjadi jika pori karbon cukup besar
untuk dilewati oleh molekul.
5. pH
Asam organik lebih
mudah terabsorbsi pada pH rendah, sedangkan absorbsi basaorganik efektif pada
pH tinggi.
6. Temperatur
Tingkat absorbsi naik
diikuti dengan kenaikan temperatur dan turun diikuti dengan penurunan temperatur
(Benefield, 1982).
Proses penjerapan dalam absorpsi
dipengaruhi :
1. Bahan penjerap
Bahan yang digunakan
untuk menjerap mempunyai kemampuan berbeda-beda, tergantung dari bahan asal dan
juga metode aktivasi yang digunakan.
2. Ukuran
butir
Semakin kecil ukuran
butir, maka semakin besar permukaan sehingga dapat menjerap kontaminan makin
banyak. Secara umum kecepatan adsorpsi ditujukan oleh kecepatan difusi zat
terlarut ke dalam pori-pori partikel absorben. Ukuran partikel yang baik untuk
proses penjerapan antara -100/ +200 mesh.
3. Derajad
keasaman (pH larutan)
Pada pH rendah, ion H
akan berkompetisi dengan kontaminan yang akan dijerap, +sehingga efisiensi
penjerapan turun. Proses penjerapan akan berjalan baik bila pH larutan tinggi.
Derajad keasaman mempengaruhi absorpsi karena pH menentukan tingkat ionisasi
larutan, pH yang baik berkisar antara 8-9. Senyawa asam organik dapat diabsorpsi
pada pH rendah dan sebaliknya basa organik dapat diabsorpsi pada pH tinggi.
4. Waktu
jerap
Waktu jerap yang lama
akan memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul zat terlarut yang
terjerap berlangsung dengan baik.
5. Konsentrasi
Pada konsentrasi
larutan rendah, jumlah bahan dijerap sedikit, sedang pada konsentrasi tinggi
jumlah bahan yang dijerap semakin banyak. Hal ini disebabkan karena kemungkinan
frekuensi tumbukan antara partikel semakin besar. Beberapa absorben pada proses
absorpsi sangat mempengaruhi sorbsi. Beberapa absorben yang sering digunakan
pada proses absorpsi misalnya benzonit, tuff, pumice,zeolit, dan silika gel.
Pemilihan absorben juga mempengaruhi kapasitas absorpsi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kapasitas absorpsi yaitu :
1. Luas
permukaan absorben
Semakin luas permukaan
absorben, semakin banyak absorbat yang dapat diserap, sehingga proses absorpsi
dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter partikel maka semakin luas
permukaan absorben.
2. Ukuran
partikel
Makin kecil ukuran
partikel yang digunakan maka semakin besar kecepatan absorpsinya. Ukuran
diameter dalam bentuk butir adalah lebih dari 0,1 mm, sedangkan ukuran dalam
bentuk serbuk adalah 200 mesh.
3. Waktu
kontak
Waktu kontak merupakan
suatu hal yang sangat menentukan dalam proses absorpsi. Waktu kontak yang lebih
lama memungkinkan proses difusi dan penempela nmolekul absorbat berlangsung
lebih baik. Konsentrasi zat-zat organik akan turun apabil awaktu kontaknya
cukup dan waktu kontak berkisar 10-15 menit (Reynolds, 1982).
4. Distribusi
ukuran pori
Distribusi pori akan
mempengaruhi disterbusi ukuran molekul absorbat yang masuk kedalam partikel absorben.
2.4 Absorpsi
Isoterm
Gas bebaas dan gas
terabsopsi berada dalam keseimbangan dinamka, dan penutupan terfraksi
permukaan, bergantung pada tekanan gas peapis. Ketergantungan
pada tekanan dan temperatur teertentu, disebut
isoterm absorpsi.

2.4.1
Isoterm Langmuir
Isoterm
paling sederhana , didasarkan pada
asumsi bahwa setiap tempat
absorbsi adalah ekivalen,
dan kemampuan partikel untuk terikat
di tempat itu, tidak bergantung pada ditempati
atau tidaknya tempat
yang berdekatan.
Kesetimbangan
dinamikanya adalah

Dengan konstanta laju
untuk absorbsi
untuk desorbsi. Laju perubahan
penutupan permukaan karena
absorbs, sebanding dengan tekanan
A sebesar p dan jumlah tempat
kosong N(1-θ), dengan N merupakan
jumlah tempat total:



Laju perubahan θ karena
desorpsi, sebanding dengan
jumlah spesies yang terabsorbsi,
Nθ.

Pada kesetimbangan,
kedua laju itu sama, dan penyelesaian
untuk θ menghasilkan isotherm
Langmuir:

Untuk absorbs dengan disosiasi, laju
absorbsinya sebanding dengan
tekanan dan peluang kedua
atom menemukan tempat:

Laju desorbsi sebanding
dengan frekuensi
pertemuan atom dengan
permukaan, dan oleh karena
itu berorde kedua
terhadap jumlah atom yang ada:

Syarat agar kedua laju ini sama, menghasilkan
isotherm:

Sekarang,
penutupan permukaan bergantung
pada tekanan dengan lebih
lemah
Bentuk isotherm Langmuir,
dengan dan tanpa diisolasi diperlihatkan
dalam gambar di bawah ini.

Penutupan
terfraksi bertambah dengan
bertambahnya tekanan, dan mendekati
1 hanya pada tekanan sangat tinggi, ketika
gas secara efektif
ditekankan pada setiap tem,pat
yang tersedia pada permukaan.
Kurva yang berbeda
(dan karenanya nilai K) diperoleh
pada temperature yang berbeda.
Ketergantungan K pada temperaturdapat
digunakan untuk menentukjan
entalpi
isoterik
absorbsi
, yaitu entalpi absorbsi pada penutupan
permukaan tertentu.
Untuk melakukan hal ini, kita menyadari bahwa K merupakan
konstanta kesetimbangan,
sehingga kita menggunakan persamaan
van’t Hoff untuk menuliskan:


2.4.2
Isoterm BET
Isoterm Langmuri
mengabaikan kemungkinan bahwa monolapisan awal dapat berlaku sebagai substrat
untuk absorpsi ( Fisika ) selanjurnya.Dalam hal ini isoterm itu tidak mendatar pada suatu nilai jenuh pada tekanan
tinggi,tetapi dapat diharapkan naik secara tak terbatas. Isoterm ang paling
banyak digunakan ,dalam pembahasan absorpsi multilapisan ,diturunkan oleh
stepher Brunauer , Paul Emmett ,dan
Edward Teller , dan disebut isoterm Bet :


Dengan
merupakan tekanan uap
diatas lapisan tebal makroskopis
dari cairan murni pada permukaannya ,
adalah volumeyang sesuai
dengan penutupan monolapisan , dan c merupakan konstatnta yang nilainya besar jika entalpi desorpsi dari monolapisan
lebih besar dibandingkan dengan entalpi penguapan absorpat cair. Secara khusus
:


c ≈ e

dan
tersusun lagi menjadi :



Dengan demikian (c-1)/
dapat diperole dari
kemiringan grafik ungkapan disebelah
kiri terhadap
, dan
dapat ditemukan dari
perpotongan pada
= 0.Hasilnya kemudian
digabungkan untuk menghasilkan c dan
. Bentuk BET ditunjukan dalam gambar 29.24. Isoterm ini naik
secara tak terbatas saat tekanan
dinaikan ,karena tidak ada batasan terhadap kuantitas material yang dapat
berkondensasi ,jika penutupan multilapisan terjadi.






Perhatikan
gambar dibawah ini (gambar 29.32), yang menunjukan daerah permukaan yang
tertutup dalam monolapisan ,bilapisan n, dan seterusnya . Konstanta laju untuk
absorpsi dan desorpsi lapisan primer , adalah ka dan
dan konstanta laju
pelapisan adalah
dan
. Jumlah tempat yang sesuai dengan penutupan nol ,
monolapisan ,bilapisan dan seterusnya pada setiap tahap , adalah
,
,
dan seterusnya ,dan
secara umum :
syarat untuk
keseimbangan lapisan awal adalah :
kesamaan antara laju pembentukan dan
laju debsorpsi :











Syarat
untuk kesetimbangan lapisan selanjutnya
adalah :



dan
secara umum

Syarat ini dapat
dinyatakan dalam
, sebagai berikut :



Sekarang
tuliskan
=
dan
=
; kemudian dengan notasi yang lebih sederhana
ini :





sekarang, syarat keseimbangannya adalah :



sehingga


keseimbangan seperti ini berlaku pada permukaan cairan,
terlepas dari apakah permukaan itu terkubur dibawahnya ,sehingga p, yaitu
tekanan kesetimbangan ,dapat disamakan dengan
,tekanan uapseluruh
massanya.

Dengan
demikian ,maka :


Seperti yang ingin kita buktikan,
jika hasil ini dimasukan kedalam persamaan ,maka diperoleh isoterm BET :


Hubungan antara nilai c dengan antalpi desorpsi dan penguapan , diambil dari definisi:
C
=
= 


Perbandingan
merupakan tekanan keseimbangan absorpat ,jika yang
dibolehkan hanyalah absorpsi monolapisan. Karena tekanan keseimbangan
berhubungan dengan fungsi Gibbs melalui:

-RT
ln p = Δ

Maka entropi desorpsi sangan mirip
dengan entropi penguapan:
c
=
≈ 


jika keduan entalpnya serupa ,maka C ≈ 1; jika
jauh lebih besar
daripada
, maka C 



2.4.3
Isoterm Lain
Asumsi isoterm Langmuir adalah
ketaktergantngan dan ekuivalensi dengan tempat absorpsi. Penyimpangan dari
isoterm ini, sering kali berasal dari kegagalan asumsi tersebut. Contohnya,
entalpi absorpsi sering menjadi kurang negatif saat
bertambah. Ini
menunjukkan bahwa tempat yang paling menguntungkan dari segi energinya, akan
ditempati lebih dulu.

Isoterm Temkin :

Dengan
dan
merupakan konstanta, yang
sesuai dengan pengandaian bahwa entalpi absorpsi berubah secara linier terhadap
tekanan Isoterm Freundlich :



Yang
sesuai dengan perubahan logaritmik. Isoterm yang berbeda-beda, lebih kurang
sesuai dengan eksperimen, pada jarak temperatur terbatas, tetapi isoterm itu
tetap bersifat empiris. Walaupun empiris, bukan bearti tidak berguna, karena
jika parameter dari isoterm yang dapat diandalkan itu diketahui, hasil yang
diandalkan, dapat diperoleh untuk tingkat penutupan permukaan, pada berbagai
kondisi. Informasi ini penting untuk setiap pembahasan tentang katalisis
heterogen.
Isoterm
Freundlich merupakan representase yang lebih baik dari pada isoterm Langmuir,
jika kita menuliskan
, dan persamaannya menjadi :


Isoterm Freundlich
sering digunakan dalam pembahasan tentang absorpsi dari larutan cair, jika
isoterm itu dituliskan :

Dengan w merupakan fraksi massa yang
terabsorpsi (massa zat terlarut yang diabsorpsi
per satuan massa adsorben), dan c
merupakan konsentrasi larutan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Adsorpsi
(penyerapan) adalah suatu proses pemisahan dimana komponen dari suatu fase
fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben).
2. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi, yaitu agitation (pengadukan), karakteristik
adsorban, kelarutan adsorbat, ukuran adsorbat, pH, dan temperatur.
3. Adsorpsi
isothermal adalah suatu percobaan untuk menentukan hubungan jumlah gas
teradsorpsi (pada adsorben) dan tekanan gas yang dilakukan pada suhu tetap, dan
hasil pengukuran digambarkan dalam grafik.
4. Isotherm
adsorpsi atau adsorpsi isothermal terbagi 3, yaitu isotherm adsorpsi Langmuir,
BET, dan Freundlich.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia
Fisika. Jakarta : PT Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar