Rabu, 02 Mei 2018

GUNUNG BERAPI (KIMIA ATMOSFER)

KIMIA ATMOSFER
17.4 GUNUNG BERAPI
Letusan gunung berapi, pertunjukan energi alam paling spektakuler di Bumi, berperan penting dalam membentuk bagian besar kerak bumi. Mantel atas, tepat dibawah kerak, hampir cair. Sedikit peningkatan panas, seperti yang dihasilkan oleh gerakan satu lempeng kerak di bawah yang lain, melelehkan batu. Batuan yang meleleh, yang disebut magma, naik kepermukan dan menghasilkan beberapa jenis letusan gunung berapi. (Gambar 17.10)
Gambar 17.10
Sebuah gunung berapi aktif memancarkan gas, cairan, dan padatan. Gas yang memuntahkan ke atmosfer termasuk terutama N2, CO2, HCl , HF, H2S, dan uap air. Diperkirakan gunung berapi adalah sumber sekitar dua pertiga sulfur di udara. Dilereng Gunung St. Helens, yang terakhir meletus pada tahun 1980, endapan unsur belerang terlihat di dekat lokasi jatuhnya. Pada suhu tinggi, gas hidrogen sulfida yang dilepaskan oleh gunung berapi dioksidasi oleh udara :
Beberapa SO2 berkurang lebih banyak H2S dari gunung berapi ke unsur sulfur dan air  :a
Sisa SO2 dilepaskan ke atmosfer, dimana ia bereaksi dengan air untuk membentuk hujan asam.

Kekuatan luar biasa dari letusan gunung  berapi membawa sejumlah besar gas ke stratosfer. Ada SO2 dioksidasi mejadi SO3,  yang akhirnya diubah menjadi  aerosol asam sulfat dalam serangkaian mekanisme yang kompleks. Selain menghancurkan ozon di stratosfer, aerosol ini juga dapat mempengaruhi iklim. Karena stratosfer berada di atas pola cuaca atmosfer, awan aerosol sering bertahan selama lebih dari satu tahun. Mereka menyerap radiasi matahari dan dengan demikian menyebabkan penurunan suhu di permukaan bumi. Namun, efek pendinginan ini bersifat lokal daripada global, karena itu tergantung pada situasi dan frekuensi letusan gunung berapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar