KIMIA ATMOSFER
17.4 GUNUNG BERAPI
Letusan
gunung berapi, pertunjukan energi alam paling spektakuler di Bumi, berperan
penting dalam membentuk bagian besar kerak bumi. Mantel atas, tepat dibawah
kerak, hampir cair. Sedikit peningkatan panas, seperti yang dihasilkan oleh
gerakan satu lempeng kerak di bawah yang lain, melelehkan batu. Batuan yang
meleleh, yang disebut magma, naik kepermukan dan menghasilkan beberapa jenis
letusan gunung berapi. (Gambar 17.10)

Gambar
17.10
Sebuah
gunung berapi aktif memancarkan gas, cairan, dan padatan. Gas yang memuntahkan
ke atmosfer termasuk terutama N2, CO2, HCl , HF, H2S,
dan uap air. Diperkirakan gunung berapi adalah sumber sekitar dua pertiga
sulfur di udara. Dilereng Gunung St. Helens, yang terakhir meletus pada tahun
1980, endapan unsur belerang terlihat di dekat lokasi jatuhnya. Pada suhu
tinggi, gas hidrogen sulfida yang dilepaskan oleh gunung berapi dioksidasi oleh
udara :

Beberapa SO2 berkurang
lebih banyak H2S dari gunung berapi ke unsur sulfur dan air :a

Sisa SO2
dilepaskan ke atmosfer, dimana ia bereaksi dengan air untuk membentuk hujan
asam.
Kekuatan
luar biasa dari letusan gunung berapi
membawa sejumlah besar gas ke stratosfer. Ada SO2 dioksidasi mejadi SO3, yang akhirnya diubah menjadi aerosol asam sulfat dalam serangkaian
mekanisme yang kompleks. Selain menghancurkan ozon di stratosfer, aerosol ini
juga dapat mempengaruhi iklim. Karena stratosfer berada di atas pola cuaca
atmosfer, awan aerosol sering bertahan selama lebih dari satu tahun. Mereka
menyerap radiasi matahari dan dengan demikian menyebabkan penurunan suhu di
permukaan bumi. Namun, efek pendinginan ini bersifat lokal daripada global,
karena itu tergantung pada situasi dan frekuensi letusan gunung berapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar